Jumat, 20 Desember 2013

fo ya

KASUS ORGANISASI

Contoh kasus:
Budaya organisasi ini perlu untuk diketahui oleh pemimpin atau manager untuk memudahkan mereka dalam menentukan sikap, bagaimana mereka harus bertindak agar para anggotanya bisa diarahkan menuju suatu sikap dan perilaku yang akan berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
Berkaitan dengan budaya organisasi tersebut, terdapat fenomena budaya organisasi pada organisasi pemerintahan. Adapun masalah yang muncul adalah disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang secara umum terkesan rendah yang akhirnya menghasilkan kinerja yang rendah pula. Misalnya saja kebanyakan kantor pemerintahan itu memiliki jam masuk pagi pukul 07.00 tapi kenyataannya dijalan-jalan atau angkutan umum sering ditemui beberapa orang dengan pakaian PNS pada jam tersebut. Gejala yang lain misalnya saja pada waktu kita pergi ke kantor kecamatan untuk mengurus KTP atau surat-surat penting lainnya misalnya, kadang kita menemui sistem pelayanan yang lama, dengan alasan masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting yang masih menumpuk, akan tetapi dengan kita memberi suatu stimulus barulah kita mendapatkan pelayanan yang kita inginkan. Padahal fungsi dari organisasi pemerintahan itu tidak lain adalah untuk melayani kepentingan masyarakat luas. Kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggaran terhadap disiplin kerja, karena para pegawai tersebut tidak bertindak atau bersikap sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh organisasi.

PT B a n k N e g a r a I n d o n e s i a (Persero) Tbk

Para pemegang saham yang terhormat, Kejadian yang menimpa Bank BNI pada tahun 2003 merupakan sesuatu yang sangat memprihatinkan, namun kami bertekad untuk menyelesaikannya. Selain kepada pemegang saham, penyelesaian tersebut juga merupakan tanggung jawab kami kepada pegawai – setiap individu yang telah mengabdi dengan penuh dedikasi, komitmen dan integritas selama
bertahun-tahun. Sesungguhnya, kerja keras dari belasan ribu karyawan dan karyawati tersebut telah mengantarkan Bank BNI menjadi salah satu bank terkemuka di Indonesia, melayani jutaan nasabah di berbagai kota di seluruh pelosok Indonesia.1 Laporan Tahunan 2003 Bank BNI Jaringan layanan Bank BNI merupakan kekuatan yang sulit ditandingi. Dengan lebih dari 900 kantor cabang, Bank BNI hadir di lebih banyak kota di
Indonesia dibandingkan bank lainnya. Di luar negeri, Bank BNI adalah satu-satunya bank nasional yang memiliki aktivitas perbankan di lima pusat keuangan dunia yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo, London dan New York.

Bagi para pegawai Bank BNI maupun masyarakat luas pada umumnya, sejarah Bank BNI merupakan warisan yang tidak ada bandingannya di sector perbankan nasional. Suatu warisan yang terkait dengan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Lima puluh tujuh tahun sejak lahir dalam semangat perjuangan kemerdekaan, Bank BNI kini menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia, dengan total aktiva mencapai Rp 131,49 triliun pada akhir tahun 2003. Secara makro, kondisi ekonomi sepanjang tahun 2003 cukup kondusif
dan relatif stabil. Dilakukannya divestasi saham pemerintah di beberapa Bank BUMN, secara tidak langsung telah menjadi pemicu untuk meningkatkan kompetensi dalam menghadapi persaingan yang makin ketat di masa yang akan datang. Selama 2003, jajaran manajemen telah melaksanakan beberapa inisiatif penting, diantaranya penerbitan
Obligasi I Bank BNI senilai Rp 1,00 triliun dan Obligasi Subordinasi I Bank BNI senilai
USD 100 juta pada bulan Juli 2003 yang mencatat kelebihan permintaan masing-masing 2,3 dan 3,7 kali. Selain itu, Kuasi-Reorganisasi dan Reverse Stock Split berhasil diselesaikan menjelang akhir tahun 2003 setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham. Dengan KuasiReorganisasi, neraca akhir tahun 2003 tidak lagi terbebani oleh defisit, sehingga di tahun mendatang Bank BNI dapat mulai dengan struktur permodalan yang lebih baik. Sedangkan inisiatif Reverse Stock Split dilakukan untuk memperbaiki kinerja likuiditas perdagangan saham di bursa, sejalan dengan rencana divestasi saham pemerintah. Pelaksanaan Reverse Stock Split telah meningkatkan harga nominal saham, sehingga secara psikologis harga saham Bank BNI setara dengan peer group, dan menjadi lebih menarik di mata investor. Sepanjang tahun 2003, Bank BNI juga telah menjalankan beberapa strategi usaha secara konsisten, diantaranya menjaga keseimbangan komposisi aktiva dan kewajiban yang berfokus pada pengelolaan Obligasi Pemerintah, pengelolaan portofolio pinjaman termasuk Non Performing Loan (NPL) serta optimalisasi struktur pendanaan. Manajemen juga melakukan rekonfigurasi jaringan distribusi yang bertumpu pada penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, serta mengoptimalkan platform perbankan korporasi untuk mengembangkan segmen konsumen dan usaha kecil dan menengah (UKM) melalui pemasaran lintas segmen (cross selling). Strategi lain yang dijalankan sehubungan dengan peningkatan pengelolaan risiko ternyata masih perlu disempurnakan. Terjadinya penyimpangan prosedur dalam penanganan transaksi Letter of Credit di salah satu cabang, secara signifikan berdampak negatif pada citra Bank BNI dan secara finansial berdampak pada pencapaian laba yang jauh di bawah target.

Terlepas dari kasus L/C, sesungguhnya kinerja Bank BNI tidak mengecewakan. Laba operasional sebelum penyisihan pencadangan aktiva produktif selama tahun 2003 mencapai Rp 3,73 triliun, yang berarti melampaui target 2003. Net Interest Margin meningkat menjadi 4,33% dari 3,40%. Komponen pendapatan bunga terbesar berasal dari
bunga pinjaman yang diberikan (42,47%), disusul pendapatan bunga Obligasi Pemerintah (40,04%), yang mencerminkan menurunnya ketergantungan pada bunga Obligasi. Dari sisi permodalan, CAR menunjukkan perbaikan, antara lain disebabkan penerbitan Obligasi Subordinasi. Sebagai perwujudan akuntabilitas manajemen atas terjadinya kasus L/C, telah dilakukan perombakan jajaran manajemen puncak pada bulan Desember 2003. Dan sebagai pengemban amanah dari pemegang saham, Bank BNI bertekad meraih kembali kebanggaan dan reputasinya sebagai bank terkemuka. Untuk itu, Bank BNI telah mengambil langkahlangkah komprehensif sehubungan dengan hal ini seperti mengajukan
tuntutan hukum atas pelaku kasus penipuan L/C, menemukan dan memperbaiki berbagai kelemahan pada sistem pengendalian internal dan pengelolaan risiko Bank, meninjau kembali nilai dan etika kerja, menyempurnakan strategi usaha, serta mengembangkan arah dan langkah untuk 15 tahun ke depan dalam menjadikan Bank BNI sebagai bank terkemuka kebanggaan nasional. Melalui Peta Navigasi Bank BNI, disusun langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan sebagai bagian dari proses pengendalian dan penyelesaian krisis, yang dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap stabilisasi, pemulihan dan transformasi. Rincian dari ketiga tahapan tersebut disajikan di bagian lain pada Laporan Tahunan ini, sementara aspek-aspek utama dari program tersebut adalah sebagai berikut.
Tahap stabilisasi telah berlangsung dari bulan Januari sampai dengan Maret 2004, mencakup pengangkatan manajemen baru; pendefinisian ulang visi, misi dan strategi; penetapan target dan prioritas baru; serta upaya untuk mendapatkan kembali kepercayaan
stakeholders. Tahap pemulihan ditetapkan mulai bulan April sampai Juli 2004, dan mencakup pencanangan komitmen terhadap ‘Zero Fraud Operations’; peningkatan tata kelola perusahaan; penyempurnaan kebijakan dan pengelolaan sumber daya manusia; serta upaya untuk mengembalikan kemampuan meraih laba seperti sebelum krisis. Kemudian, tahap transformasi akan dimulai pada bulan Juli 2004, melalui program rebranding dan identitas perusahaan yang baru; reposisi Bank BNI untuk ‘melayani dengan kebanggaan sebagai bank anak negeri’ yang unggul dalam pelayanan dan kinerja; serta revitalisasi unit-unit bisnis sebagai motor pertumbuhan usaha.

Pada ketiga tahapan tersebut, Bank BNI akan memberikan perhatian khusus pada upaya pemberdayaan sistem pengendalian internal dan pengelolaan risiko yang lebih ketat sesuai standar praktek internasional terbaik. Secara bertahap, sistem-sistem tersebut juga akan dikembangkan sesuai dengan rekomendasi Basel II Accord, yang antara lain mensyaratkan dimasukkannya risiko pasar dan risiko operasional dalam perhitungan modal minimum bank. Bank BNI juga akan terus meningkatkan jaringan distribusi, diferensiasi produk, teknologi perbankan, pengelolaan basis data, hubungan nasabah dan kualitas pelayanan. Kami yakin bahwa langkah-langkah yang ditempuh ke arah pemulihan tidak saja akan mampu menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan bagi stakeholder Bank BNI, namun juga akan kembali menempatkan Bank BNI sebagai simbol perbankan Indonesia. Untuk itu, kami akan senantiasa menghadirkan produk dan layanan perbankan yang berkualitas kepada jutaan nasabah di
semua segmen pasar, mengembangkan peluang pasar khusus di sektor-sektor dimana Bank BNI memiliki keunggulan pengalaman dan keahlian, serta mengoptimalkan potensi pemasaran-silang di antara segmen perbankan korporasi, komersial dan konsumer. Kesemuanya ini juga akan membawa perkembangan Bank BNI ke arah skema Arsitektur Perbankan Indonesia. Dalam kesempatan ini, Direksi Bank BNI menyampaikan terima kasih kepada pemegang saham, pegawai, nasabah, mitra usaha dan masyarakat, atas dukungan yang diberikan selama masa-masa yang sulit ini. Bank BNI bertekad mengupayakan yang terbaik agar tidak menyia-nyiakan dukungan serta kepercayaan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar