LAPORAN TUGAS AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI KLINIS
PROGRAM STRATA SATU (S1) MATA KULIAH PSIKOLOGI
KLINIS FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA
KUDUS
IDENTIFIKASI KASUS FOBIA
DOSEN PENGAMPU
FAJAR KAWURYAN, S.Psi., M.Si.
Rr. Dwi Astuti, S.Psi., M.Psi.

Oleh
Damar Marta Dewangsa
2013-60-043
PROGRAM STRATA SATU (S1) PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang mana telah
melimpahkan segala rahmat dan karunianya pada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir semester ini.
Pada kesepatan ini penulis penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut andil dalam
penulisan tugas akhir ini. Adapun pihak yang telah turut andil dalam hal ini :
1. Ibu Fajar Kawuryan selaku dosen sekaligus pembimbing kami dalam menjalankan
tugas akhir semester ini
2. Ibu Rr. Dwi Astuti selaku dosen sekaligus pembimbing kami juga dalam
menjalankan tugas akhir semester ini
3. Keluarga ARP, Ny.S.H, adik H yang telah dengan suka rela memberi informasi
mengenai subjek
4. Sdri.ARP yang telah rela untuk memberikan waktu kepada penulis untuk
mengetahui lebih dalam lagi tentang apa yang dirasakan saat ini
5. Teman/sahabat daripada ARP yang mana telah dengan rela juga memberikan
waktu untuk penulis agar memperoleh informasi lebih dalam lagi.
6. Keluarga penulis Orang tua penulis bapak/ibu penulis, kakak atas dukungan
material maupun spiritualnya kepada penulis
7. Teman-teman satu angkatan dan teman/sahabat daripada penuis. Penulis
ucapkan terimakasih.
Semoga Allah SWT yang akan membalas kebaikan mereka. Dan semoga pula karya ini dapat
bermanfaat kedepnnya. Amin.
Kudus
desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I Identitas..................................................................................................
1
BAB II Agenda
Kegiatan.....................................................................................3
BAB III Keluhan....................................................................................................4
BAB IV Hasil
Pengumpulan Data..........................................................................5
A. Observasi
B. Wawancara
BAB V Etiologi.....................................................................................................8
Bab VI Permasalahan............................................................................................9
A. Kondisi Kognitif
B. Bahasa
C. Motorik
D. Emosi
E. Sosial
BAB VI Dasar
Teori...............................................................................................10
BAB VIII Dinamika
Psikologis.................................................................................13
BAB IX Diagnosis..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS 1 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS SUBYEK PADA KASUS FOBIA (HEMOPHOBIA)
I.
IDENTITAS
A. SUBYEK
Nama :
ARP
Jenis Kelamin :
P
Tempat tanggal lahir : Kudus, 15 Juni 1994
Umur :
19 Tahun
Berat Badan :
±45 kg
Anak ke :
1 dari 3 bersaudara (Keluarga Kandung)
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMA
Suku :
Jawa
Alamat :
Kaliungu, Kudus
B. IDENTITAS KELUARGA
|
NAMA
|
L/P
|
UMUR
|
PENDIDIKAN
|
PEKERJAAN
|
KET
|
|
Tn. S.J (Alm)
|
L
|
49
|
SLTA
|
Buruh Harian
Lepas
|
Ayah
Kandung
|
|
Ny.S.H
|
P
|
34
|
SLTA
|
Ibu Rumah
Tangga
|
Ibu Kandung
|
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS 2
TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
|
Sdri.ARP
|
P
|
19
|
SLTA
|
Pelajar/
Mahasiswa
|
(subjek)
|
|
Sdr.HRj
|
L
|
17
|
SLTP
|
Pelajar/
Mahasiswa
|
Anak Kandung
|
|
Sdri.SRP
|
P
|
7
|
SD
|
Pelajar/
Mahasiswa
|
Anak Kandung
|
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
3 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
II.
AGENDA
KEGIATAN
|
TANGGAL
|
KEGIATAN
|
TEMPAT
|
|
19 Desember 2013
|
Observasi
|
Rumah Subyek
|
|
20 Desember 2013
|
Observasi
|
Rumah Subyek
|
|
21 Desember 2013
|
Observasi
|
Rumah Makan
|
|
22 Desember 2013
|
Observasi Subjek
Alloamnesis Ibu
Kandung Subyek
|
Luar Rumah
Rumah Subyek
|
|
24 Desember 2013
|
Alloamnesis Adik
Cowok Subyek
|
Rumah subyek
|
|
26 Desember 2013
|
Alloamnesis
Teman Subyek
|
Rumah Subyek
|
|
28 Desember 2013
|
Alloamnesis
Sahabat Kecil
Subyek
|
Rumah Subyek
|
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
4 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
III.
KELUHAN
Keluhan dari subyek bahwa subyek merasa tertekan tak enak seketika melihat
darah. Subyek merasa mual, rasanya ingin pingsan , tak enak buat makan (nafsu
makan berkurang) , pikiran selalu kemana-mana saat melihat darah berceceran.
subjek ada fobia dengan darah dimulai sejak subjek usia anak kecil (6-9
Tahun), subjek saat itu pergi keluarga dengan keluarga , subjek melihat ada
kecelakaan dan tanpa sengaja subjek melihat darah yang begitu kental mengalir
dalam diri si korban. Awalnya subjek tidak apa-apa tapi selang waktu berikutnya kebayang-bayang sama darah yang berceceran
tersebut dan tubuh subyek langsung loyo, tidak nafsu makan , tidak mau
ngapa-ngapain saat itu subjek merasakannya sendiri tanpa orang lain mengetahui.
Menginjak usia remaja fobia nya semakin menjadi-menjadi berawal dari
ketidaksengajaan melihat darah berceceran akibat tidak sengaja melihat
kecelakaan , fobia pun dibawa pada usia remaja. Subjek masih tetap dengan sikap
yang tidak bisa di mengerti orang lain. Saat melihat darah subyek pingsan ,
menangis sejadi-jadinya , emosi meledak , sering pusing,mual,tengkuk pada kaki
lemas tak bisa bergerak. Kalau dari kecil subjek rasanya mau pingsan tapi
menginjak usia remaja subyek jadi terus pingsan saat melihat darah. Subjek
merasa hidupnya selalu dihantui oleh fobia yang di deritanya. Subjek ingin menghilangkan
fobia ini agar subyjek merasa nyaman seperti teman-teman yang lain.
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
5 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
IV.
HASIL PENGUMPULAN DATA
A. Observasi
1. Observasi fisik
Subjek merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara, merupakan anak perempuan dengan tinggi ±170 cm, dengan berat badan ±45 kg. Kulit
sawo masak , perawakkan kurus tinggi.
2. Observasi saat wawancara
Subjek bersikap normal,tenang dan netral,
duduk dengan pandangan baik, duduk dengan santai , mimik muka juga biasa saja
seolah tidak ada apa-apa sama diri subjek. Tapi setelah saya singgung soal
darah subjek mulai berubah 180° dari semula yang biasa saja.
3. Observasi lingkiungan fisik
Subjek tinggal bersama ibu dan dua orang
adiknya. Belakang, samping, depan rumah subjek merupakan hamparan luas
persawahan. Rumah subjek permanen memilik satu ruang tamu, 3 ruang kamar tidur
, ruang makan, dapur, dan kamar mandi.
B. Wawancara
1. Alloamnesis ibu kandung subjek (Ny.S.H)
Ibu subjek mengatakan kalau dirinya tidak
mengetahui kalau anaknya (subjek) ada gejala fobia. Saat-saat mengetahui kalau
subjek ada fobia darah itu saat ibu subjek sedang memasak lah tanpa sengaja
tangan ibu (Ny.S.H) terkena pisau dan mengeluarkan darah , subjek ketika itu
dipanggil suruh ngambilin obat merah buat luka, ketika itu subjek ngambilin dan
nganterin ke tempat ibunya tersebut, tanpa di duga subjek langsung pucat ,
nangis sejadi-jadinya, langsung masuk kamar tidur tidak berani keluar. Ibu
subjek bingung saat itu melihat anaknya histeris saat melihat darah. Ibu subjek
saat itu bersikap biasa saja , mungkin memang subjek sedang lagi tidak
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
6 TERKAIT GANGGUAN
FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
enak hati, mungkin subjek hanya ketakutan
biasa. Tapi selang waktu berikutnya ya saat bersama ibu subjek, subjek pun
begitu histeris ,cemas , panik saat dijalan ada orang yang kecelakaan dan
mengeluarkan banyak darah, ibu subjek menyadari kalau anaknya memang
benar-benar punya fobia dan ibu subjek bingung untuk mencari jalan keluar agar
fobia anaknya cepat pulih bahkan biar hilang. Tapi sebelum nya ibu subyek telah
memberikan perhatian banyak hal kepada anaknya agar bisa pulih dari fobia yang
diterimanya
2. Alloamnesis dengan adik cowok subjek
Sama halnya seperti ibu nya, adik subjekpun
tidak mengetahui kalau subjek ternyata ada gangguan fobia. saat secara tidak
sengaja adik subjek melukai tangan subjek hingga mengeluarkan darah walau
sedikit , nah subjek langsung histeris juga sama seperti saat dia melihat darah
berceceran akibat oarng kecelakaan. Kakak subjek langsung emosinya naik, tak
terkontrol. Subjek merasa risih dan bingung karena tangannya mengeluarkan
darah. Adik subjekpun terang-terangan saat kakak subjek lagi PMS kakak subjek
takut dan risih , kakak subjek tidak mau ngapa-ngapain. Pernah waktu PMS
pertama kakak subyek nangis sejadi-jadinya dan membuat orang seisi rumah
bingung dan takut. Adik subjek sendiri pun tidak mengetahui kapan kakaknya
mengalami gangguan fobia. Adik cowok subjek menyarankan untuk saya menanyakan
perihal gangguan yang diidap kakaknya ke teman atau sahabat kecilnya kakak
subyek.
3. Alloamnesis dengan teman sekolah subjek
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS 7
TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
Subjek meruapakan anak pertama dari ibu. S.H
dan bpk. S.J (Alm). Teman sekolahnya ini pun tidak mengetahui sejak kapan fobia
itu muncul pada diri subjek tersebut. Yang dimengerti teman subyek, subyek akan
histeris, akan pingsan , akan menjerit,menangis, resah, cemas,bingung saat
melihat darah yang berceceran didepan mata subyek.
4. Alloamnesis dengan sahabat kecil subjek
Saya mengetahui bahwa subjek mengidap suatu
gangguan fobia sejak jaman dia masih SD atau TK. Tingkah laku subjek berubah
tatkala melihat darah didepannya secara langsung. Subjek langsung histeris,
menangis,pingsan,pikiran tidak connect, pokoknya tingkah laku subjek berubah.
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
8 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
V.
ETIOLOGI
Bermula pada ketidaksengajaan berakibat adanya gangguan
pada diri subjek. Subjek ketika usia anak-anak diajak pergi sama keluarganya ,
tanpa diduga di tengah perjalanan ada segerombolan orangorang di pinggir jalan
beserta banyak polisi, karena penasaran ayah subjek berhenti untuk memastikan
apa yang sebenarnya erjadi, setelah diteliti ternyata ada kecelakaan lalu
lintas dimana korban mengeluarkan banyak darah dalam diri korban, korban secara
tidak sadar melihat darah yang berceceran tersebut, awalnya korban bersikap
netral hanya pengen muntah saja saat itu tapi selang waktu berikutnya subjek
tanpa sengaja melihat tangan ibu subjek terluka dan mengeluarkan darah subjek
langsung menangis, ketakutan cemas, parno, pucat walaupun itu konteksnya darah
yang mengucur di diri ibu subjek sangat
kecil. Ditambah lagi ketika bapak subjek mengalami kecelakaan dan saat itu pula
bapak subjek mengeluarkan banyak darah , walaupun tidak melihat secara langsung
kondisi bapaknya tersebut dan hanya mendengar dari orang-orang perihal tersebut
subyek lagsung down, panas, mual,pikiran kosong,cemas,badan bergetar,keringat
bercucuran,panas-dingin,linglung dll. Dalam hal tersebut subyek mungkin
mengalami trauma karena melihat kondisi bapaknya , mungkin juga dari apa yang
dilihatnya sejak kecil terbawa sampai sekarang ialah “darah”, jadi ketika mendengar
kata darah subjek dan pikiran subjek langsung terpaku pada objek tersebut.
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
9 TERKAIT GANGGUAN FOBIA
(ANXIETAS FOBIK)
VI.
PERMASALAHAN
A. Kondisi Kognitif
Subjek sulit sekali untuk diajak ngobrol saat si subjek secara tidak
sengaja melihat darah yang berceceran mengucur deras. Otak subjek seakan-akan
mati setelah melihat darah. Sulit berfikir , tidak fokus itulah yang dirasakan
subjek setelah melihat darah, entah itu darah dalam konteks banyak atau
sedikit.
B. Bahasa
Tidak ada hambatan. Hanya sesekali subjek terbata-bata saat melihat darah.
C. Motorik
Tidak ada hambatan.
D. Emosi
Subjek sebenarnya memiliki emosi yang santai namun kadang labil. Emosi
subjek misalnya saat melihat darah respon nya langsung berlebihan , emosi tak
terkendali, suka histeris, emosi meledak.
E. Sosial
Tidak ada kendala
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
10 TERKAIT GANGGUAN FOBIA
(ANXIETAS FOBIK)
VII.
DASAR TEORI
Gangguan fobia (Anxietas Fobik) merupakan
gangguan yang dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar
individu) yang sebenarnya
Fobia (gangguan
anxietas fobik) adalah rasa
ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena (wikipedia).
pada saat kejadian itu tidak membahayakan bagi diri
subyek tersebut. Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari oleh
diri subjek (PPDGJ III).
Kategori fobia antara lain :
1. Phobia Spesifik
Phobia spesifik adalah suatu ketakutan yang tidak beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Ada lima jenis phobia spesifik berdasarkan sumber ketakutannya, yaitu
Phobia spesifik adalah suatu ketakutan yang tidak beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Ada lima jenis phobia spesifik berdasarkan sumber ketakutannya, yaitu
(1)
phobia terhadap binatang tertentu (kucing, anjing, ular),
(2)
phobia terhadap keadaan alam (debu, ketinggian, hujan, petir),
(3)
phobia terhadap situasi tertentu (berada di dalam elevator, pesawat),
(4)
phobia terhadap darah, luka dan suntikan,
(5)
phobia terhadap hal lain (kematian, penyakit, tercekik).
Phobia
spesifik juga dipengaruhi oleh budaya seperti pa-leng (ketakutan terhadap
dingin dan kehilangan panas tubuh) di Cina dan taijin kyoshu-fo (ketakutan akan
mempermalukan seseorang) di Jepang.
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
11 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
2. Phobia sosial
Individu
dengan phobia sosial mengalami ketakutan yang menetap dan tidak rasional yang
biasanya berhubungan dengan keberadaan orang lain. Individu dengan phobia ini
memiliki ketakutan bahwa mereka diperhatikan oleh orang lain dan mereka akan
melakukan hal yang memalukan. Akibatnya, mereka akan menghindari
situasi-situasi yang menurut mereka potensial untuk terjadinya hal-hal tersebut
atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
1. Berbicara atau
tampil di depan umum
2. Makan di depan
orang lain.
3.
Menandatangani dokumen sebelum bersaksi.
4.
Menggunakan kamar mandi umum.
5.
Penderita merasa penampilan atau aksi mereka
tidak tepat.
Dalam hal ini subjek mengalami gangguan fobia
terhadap darah (Hemophobia), yang mana fobia ini merupakan fobia spesifik adalah suatu kondisi di mana seseorang akan pingsan
ketika melihat darah, akibat cedera fisik, atau akibat suntikan.
Disamping adanya gejala
fobia yang diterima subjek, subjek juga mengalami gangguan kecemasan menyeluruh
(Generalized Anxietas Disorder). Gangguan Kecemasan Menyeluruh merupakan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan akan banyak aktivitas atau
peristiwa, yang berlangsung hampir setiap hari.
Kecemasan dan kekhawatiran ini sangat
berlebihan sehingga sulit dikendalikan. Selain itu, penderita mengalami 3 atau
lebih dari gejala-gejala berikut:
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS 12
TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
1. gelisah
2. mudah
lelah
3. sulit
berkonsentrasi
4. mudah
tersinggung
5. ketegangan
otot
6. gangguan
tidur
Gangguan ini sering terjadi, sekitar 3-5% orang
dewasa pernah mengalaminya dan dua kali lebih sering terjadi pada wanita.
Gangguan ini seringkali berawal pada masa kanak-kanan atau remaja. Keadaan ini
berfluktuasi, semakin memburuk ketika mengalami stres dan menetap selama
bertahun-tahun. Kecemasan muncul akibat
daripada adanya fobia yang dideritanya.
Beberapa teori yang memberikan kontribusi tentang adanya phobia
1) Teori Psikoanalisis
Freud adalah orang pertama yang mencoba
menjelaskan secara sistematis perkembangan perilaku fobia. Menurut Freud, fobia
merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan oleh impuls-impuls id
yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan
berpindah ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya.
Fobia adalah cara ego untuk menghindari konfrontasi dengan masalah sebenarnya,
yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
2)
Teori Behaviorial
Teori ini berfokus pada pembelajaran sebagai cara
berkembangnya fobia. Salah satu pembelajarannya adalahAvoidence Conditioning
: penjelasan utama behavioral tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan
respons avoidence yang dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi
oleh teori dua faktor yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa
fobia berkembang dari dua rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a.
Melalui classikal conditioning seseorang dapat belajar untuk takut pada sesuatu
stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang
secara intrinsik menyakitkan atau menakutkan (UCS).
b.
Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengn
melarikan diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant
conditioning; respon dipertahankan oleh konsekuensi mengurang ketakutan
yang menguatkan.
3) Teori Kognitif
Teori ini berfokus pada bagaimana proses berfikir manusia
dapat berperan sebagai diathesis dan pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia
menetap. Kecemasan dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk
menanggapi stimuli negatif, menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai
informasi yang mengancam, dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki
kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa mendatang (Heinrichs &
Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori kognitif mengenai fobia juga relevan untuk berbagai
fitur lain dalam gangguan ini rasa takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan
tersebut sesungguhnya telah tampak irasional bagi mereka yang mengalaminya.
Fenomena ini dapat terjadi karena rasa takut melalui proses-proses otomatis
yang terjadi pada awal kehidupan dan tak disadari. Setelah proses awal
tersebut, stimulus dihindari sehingga tidak diproses cukup lengkap dan yang
dapat menghilangkan rasa takut tersebut. (amir, foa dan coles 1998). https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Fobia+Social 30 November 2012 10:30
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS 13
TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
VIII. DINAMIKA PSIKOLOGI
Subjek mengalami gangguan fobia sejaka usia
kanak-kanak, saat itu subjek tidak sengaja melihat darah yang menetes dengan
derasnya pada tubuh korban kecelakaan. Ffobia darah ini membuat subjek merasa
tidak mempunyai ruang kenyamanan.
Peneliti menguji hipotesis bahwa subjek ini mengalami disregulasi
otonom konstitusional yang mem- predisposes mereka untuk
sinkop vasovagal saat memiringkan kepala. Peneliti mempelajari 11 subjek (9 perempuan, 2 laki-laki) yang memiliki riwayat pingsan atau setengah pingsan saat dirangsang dengan darah dan 11 subjek sehat (10 perempuan, 1 laki-laki) tanpa riwayat
pingsan. Tekanan darah (BP) dan denyut jantung (HR) diukur selama periode awal 15-menit dengan subjek mengambil posisi terlentang dan kemudian selama 45 menit kepala dimirngkan ke atas menjadi 70 °. Pengukuran pada saat istirahat tidak berbeda antara fobia darah dan subyek kontrol. Selama miring, 9 (82%) dari 11 subyek mengalami fobia darah setengah pingsan atau pingsan, menyebabkan pemutusan studi setelah 22.617 menit kemiringan. Hanya 1 (9%) dari 11 subyek kontrol
mengalami setengah pingsan (x2511.7, P50.001). Respon hemodinamik miring yang konsisten dengan mekanisme vasovagal dalam subjek fobia darah, dengan penurunan simultan di BP dan SDM selama posisi kepala dimiringkan. Selama miring, tekanan darah sistolik turun 21615 mm Hg (P50.001), dan HR turun 22625 bpm (P50.01). Sebaliknya, BP dan SDM sangat stabil dalam kelompok kontrol. Subyek yang mengalami pingsan saat berhubungan dengan darah / cedera fobia memiliki disregulasi otonom yang mendasari predisposisi mereka untuk pingsan secara langsung, bahkan dalam adanya darah atau stimulus cedera. Pingsan terkait rangsangan ini mungkin sebagian besar disebabkan karena disfungsi dalam pengendalian peredaran darah saraf, karena itu dapat menyebabkan pingsan secara berulang. Predisposition to Vasovagal Syncope in SubjectsWith Blood/Injury Phobia (Accurso, Winnicki et al. 2001).
sinkop vasovagal saat memiringkan kepala. Peneliti mempelajari 11 subjek (9 perempuan, 2 laki-laki) yang memiliki riwayat pingsan atau setengah pingsan saat dirangsang dengan darah dan 11 subjek sehat (10 perempuan, 1 laki-laki) tanpa riwayat
pingsan. Tekanan darah (BP) dan denyut jantung (HR) diukur selama periode awal 15-menit dengan subjek mengambil posisi terlentang dan kemudian selama 45 menit kepala dimirngkan ke atas menjadi 70 °. Pengukuran pada saat istirahat tidak berbeda antara fobia darah dan subyek kontrol. Selama miring, 9 (82%) dari 11 subyek mengalami fobia darah setengah pingsan atau pingsan, menyebabkan pemutusan studi setelah 22.617 menit kemiringan. Hanya 1 (9%) dari 11 subyek kontrol
mengalami setengah pingsan (x2511.7, P50.001). Respon hemodinamik miring yang konsisten dengan mekanisme vasovagal dalam subjek fobia darah, dengan penurunan simultan di BP dan SDM selama posisi kepala dimiringkan. Selama miring, tekanan darah sistolik turun 21615 mm Hg (P50.001), dan HR turun 22625 bpm (P50.01). Sebaliknya, BP dan SDM sangat stabil dalam kelompok kontrol. Subyek yang mengalami pingsan saat berhubungan dengan darah / cedera fobia memiliki disregulasi otonom yang mendasari predisposisi mereka untuk pingsan secara langsung, bahkan dalam adanya darah atau stimulus cedera. Pingsan terkait rangsangan ini mungkin sebagian besar disebabkan karena disfungsi dalam pengendalian peredaran darah saraf, karena itu dapat menyebabkan pingsan secara berulang. Predisposition to Vasovagal Syncope in SubjectsWith Blood/Injury Phobia (Accurso, Winnicki et al. 2001).
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS 14 TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
Istilah
fobia dapat diartikan sebagai ketakutan yang tak masuk akal dan bersifat
intens. Fobia akan menyerang ketika penderitanya menghadapi situasi, aktivitas,
dan obyek tertentu. Biasanya penderita fobia tahu bahwa ketakutannya itu
irasional.
Namun, penderita tidak dapat mencegah ketakutan itu datang. Ketakutan ini tidak jarang membuat orang di sekitarnya ikut heboh. Lebih dari 19 juta warga Amerika Serikat memiliki fobia. Ratusan fobia berhasil diidentifikasi. Namun, para ahli telah mengidentifikasi bahwa secara garis besar fobia dapat dibagi menjadi agoraphobia, social phobia, dan specific phobia. (health.kompas.com)
Namun, penderita tidak dapat mencegah ketakutan itu datang. Ketakutan ini tidak jarang membuat orang di sekitarnya ikut heboh. Lebih dari 19 juta warga Amerika Serikat memiliki fobia. Ratusan fobia berhasil diidentifikasi. Namun, para ahli telah mengidentifikasi bahwa secara garis besar fobia dapat dibagi menjadi agoraphobia, social phobia, dan specific phobia. (health.kompas.com)
Saat fobianya kumat subyek bisa jadi menjadi
orang yang tak tau daratan dalam arti subyek merasa kelimpungan, dalam hal itu
hanya subyek saja yang mampu memahami kenapa peristiwa atau obyek tersebut
menyebabkan subyek tersebut menjadi fobia akanhal tersebut , subyek tak mau
menyentuh atau bersinggungan langsung dengan obyek atau peristiwa yang
menjadikan menjadi orang dengan gangguan fobia tanpa alasan yang menurut
sebagian orang tidak rasional.
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
15 TERKAIT GANGGUAN FOBIA
(ANXIETAS FOBIK)
IX.
DIAGNOSIS
Dengan berdasakan pada hasil observasi, wawancara dapat
dikesimpulkan bahwa subyek mengalami gangguan fobia lebih khususnya fobia darah
(Hemophobia) dengan gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized Anxietas
Disorder).
Penderita fobia (Hemophobia) dapat disebabkan oleh banyak
faktor atau banyak hal. Pada subyek dimungkinkan karena subyek mengalami
peristiwa traumatik secara tidak langsung dimungkinkan peristiwa tersebut
berupa peristiwa kecelakaan yang mana mengeluarkan banyak darah.
Berdasar pada data diatas diperoleh juga bahwa subyek
mengalami gangguan kecemasan menyeluruh (GAD).
|
DIAGNOSIS
|
KRITERIA
PPDGJ
|
KRITERIA
KASUS
|
KETERANGAN
|
|
|
TERPENUHI
|
TIDAK
TERPENUHI
|
|||
|
F41.0
Gangguan
Cemas Menyeluruh (Generalized Anxietas Disorder (GAD))
|
Menunjukkan
anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari.
|
Subjek
mengalami gejala fobia bisa berlangsung lama ketika melihat peristiwa yang di
takutinya (selalu terbayang)
|
ü
|
|
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
16 TERKAIT GANGGUAN FOBIA
(ANXIETAS FOBIK)
|
|
Gejala yang
muncul meliputi unsur-unsur berikut : 1. Kecemasan
misal su`lit konsentrasi
2. Ketegangan
motorik misal gelisah,sakit kepala, tidak bisa santai
3.Overaktivitas
Otonomik misal sesak napas, jantung berdebar, pusing,mulut kering
|
Subjek saat
melihat adanya darah didepan mata dia kondisi badan langsung drop, pikiran
kemana-mana dan yang ada diotak subjek tersebut seketika darah tersebut
sehingga terkadang mengganggu konsentrasi subjek
|
ü
|
|
|
Perlu adanya
kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan-keluhan somatik yang
berulang serta menonjol
|
Saat
mengetahui kalau anaknya mengidap gangguan fobia , ibu.S langsung hati-hati
dalam menlakukan aktifitas agar tidak menimbulkan luka yang menimbulkan
banyka keluar darah
|
ü
|
|
Kriteria Gangguan Kecemasan Menyeluruh (GAD)
nampaknya memang tampak dari diri subjek terlebih saat subyek mengalami suatu
peristiwa yang mana peristiwa tersebut mengakibatkan fobia subyek kumat dan
subyek mengalami gejala kecemasan yang mendalam.
LAPORAN TUGAS AKHIR PSIKOLOGI KLINIS
TERKAIT GANGGUAN FOBIA (ANXIETAS FOBIK)
DAFTAR PUSTAKA
http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=249 (gangguan cemas)
Nevid. S. Jeffrey,dkk.PSIKOLOGI ABNORMAL’’edisi
5’’.Erlangga:Jakarta.
Markam Sumarmo,Suprapti Slamet LS.2003.PENGANTAR
PSIKOLOGI KLINIS.Universitas Indonesia:Jakarta.